TANGERANG – Meski wilayah Jabodetabek sudah diguyur hujan pada Selasa (24/10) dan Rabu (2/10), kualitas udara masih cukup buruk, hujan belum memberikan dampak signifikan pada polusi. Tercatat per hari ini, Kamis (26/10) kualitas udara di Jabodetabek masih belum membaik.
Berdasarkan catatan IQAir per pukul 07:00 WIB, Jakarta dan Tangerang Selatan (Tangsel) terpantau memiliki nilai indeks kualitas udara (AQI) 178. Sementara itu, Kota Tangerang terpantau memiliki kualitas udara yang buruk dan masuk kategori tidak sehat dengan nilai indeks kualitas udara (AQI) 199 per pukul 07:00 WIB. Hal ini menandakan hujan yang turun belum mampu menyapu polusi udara.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebenarnya sudah memprediksikan bahwa wilayah Jabodetabek akan terus diguyur hujan pada 24 Oktober 2023 pukul 22.45 WIB hingga 25 Oktober 2023 pukul 03.00 WIB.
“Potensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang,” kata BMKG melalui akun Twitternya dikutip dari Okezone.com, Selasa malam (24/10). Namun, benarkah hujan bisa menyapu polusi udara?
Melansir CNN Indonesia, peneliti Manajemen Lingkungan AQI Poorna Khanna menjelaskan bahwa hujan mestinya menurunkan polutan udara yang paling umum, seperti partikel, dan menjadikan kualitas udara lebih baik secara drastis.
Dia menyebut fenomena ini sebagai pengendapan basah (wet deposition) atau dikenal juga dengan pembilasan presipitasi, rainout, penghapusan basah, atau penghanyutan.
“Fenomena ini adalah proses alami yang menghilangkan materi melalui hidrometeor atmosfer, seperti hujan, hujan es, dan salju. Dia mengirim dan menyimpan pencemar ke tanah,” kata Poorna dikutip CNN Indonesia dari situs AQI.
Kendati begitu, IQAIR menyebut “hujan kurang efektif dalam mengencerkan PM2.5” Hal ini dikarenakan hujan hanya membantu untuk mencairkan polutan udara dengan konsentrasi tinggi alias kasar (PM10), seperti debu, kotoran, dan serbuk.
“Hujan dapat membantu PM10 mengendap di tanah lebih cepat daripada partikel halus yang lebih kecil (PM2.5)”
Penulis: Iqbal Maulana
Sumber : IQAir, Okezone, CNN
Sumber Foto: Liputan6.com