Korea Selatan menghadapi krisis populasi yang semakin mengkhawatirkan, memaksa pemerintah menutup 49 sekolah dari tingkat dasar hingga menengah atas pada tahun 2025. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap penurunan drastis angka kelahiran yang berdampak langsung pada jumlah siswa di seluruh negeri. Sebagian besar penutupan, tepatnya 88%, terjadi di luar ibu kota Seoul, dengan Provinsi Jeolla Selatan mencatat jumlah penutupan tertinggi, yakni 10 sekolah.
Tren penutupan sekolah ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data Kementerian Pendidikan Korea Selatan mengungkapkan bahwa jumlah sekolah yang ditutup meningkat dari 22 pada tahun 2023, menjadi 33 pada 2024, dan kini mencapai 49 pada 2025. Kondisi ini mencerminkan krisis populasi yang semakin mendalam dan memerlukan perhatian serius dari pemerintah.
Peningkatan Penutupan Sekolah Dasar
Dari total 49 sekolah yang ditutup tahun ini, mayoritas merupakan sekolah dasar. Fakta ini sejalan dengan data tahun sebelumnya, di mana 112 sekolah dasar tidak menerima murid baru sama sekali. Penurunan jumlah siswa ini terutama dirasakan di daerah pedesaan, sementara sekolah-sekolah di kota besar seperti Seoul masih relatif stabil.
Faktor Penyebab Penurunan Populasi
Beberapa faktor berkontribusi terhadap rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan. Tingginya biaya hidup, tekanan sosial, dan perubahan nilai-nilai keluarga membuat banyak pasangan menunda atau bahkan memilih untuk tidak memiliki anak. Selain itu, urbanisasi yang pesat menyebabkan migrasi besar-besaran dari desa ke kota, meninggalkan daerah pedesaan dengan populasi yang menua dan jumlah anak yang semakin sedikit.
Dampak Jangka Panjang
Penutupan sekolah tidak hanya mempengaruhi sektor pendidikan, tetapi juga berdampak pada komunitas lokal. Sekolah seringkali menjadi pusat kegiatan masyarakat, dan penutupannya dapat menyebabkan penurunan interaksi sosial serta melemahkan ikatan komunitas. Selain itu, penurunan populasi usia produktif dapat berdampak negatif pada perekonomian nasional, mengurangi tenaga kerja, dan menekan pertumbuhan ekonomi.
Upaya Pemerintah Mengatasi Krisis
Pemerintah Korea Selatan telah mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk mendorong peningkatan angka kelahiran, seperti insentif finansial bagi keluarga dengan anak, cuti melahirkan yang lebih panjang, dan subsidi perawatan anak. Namun, efektivitas kebijakan-kebijakan ini masih dipertanyakan, mengingat tren penurunan populasi yang terus berlanjut. Diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasi akar permasalahan dan membalikkan tren ini.