TANGERANG – Starlink, layanan satelit yang dikembangkan oleh Elon Musk, menawarkan alternatif unik dibandingkan dengan layanan internet lokal yang ada di Indonesia.
Elon Musk resmi meluncurkan layanan internet satelit Starlink di Denpasar, Bali pada Minggu 5 Mei 2024. Starlink adalah layanan internet satelit yang menggunakan sinyal radio di ruang hampa untuk mengirimkan data internet.
Dengan begitu, pengguna dapat menikmati akses internet tanpa perlu infrastruktur tradisional seperti kabel fiber-optik atau menara seluler. Dikembangkan oleh SpaceX, Starlink bertujuan untuk memberikan konektivitas internet secara cepat, andal, global, serta menghubungkan digital divide di daerah terpencil.
Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan Starlink yang dilansir dari Kompas.com, yaitu:
Kelebihan Starlink
1. Waktu Perpindahan Data Lebih Cepat
Dengan menggunakan satelit orbit rendah bumi (LEO) yang berada lebih rendah dibandingkan satelit GEO, Starlink mampu mengurangi latensi secara signifikan. Latensi satelit GEO sekitar 477 milidetik, sedangkan satelit LEO Starlink hanya 27 milidetik. Hal ini memungkinkan perpindahan data yang lebih cepat sehingga memberikan pengalaman internet yang lebih responsif.
2. Transmisi Data Cepat
Pada tahap awal, kecepatan hilirnya mencapai 100 Mbps dan kecepatan hulu 20 Mbps. Uji coba menunjukkan bahwa kecepatan sebenarnya bisa mencapai 222 Mbps untuk hilir dan 24 Mbps untuk hulu, bahkan ada rencana untuk meningkatkan hingga 1 Gbps.
3. Pemasangan Terminal yang Mudah
Terminal Starlink terdiri dari antena dan router WiFi yang mudah dipasang. Dengan panduan pemasangan yang jelas dan aplikasi pendukung, proses instalasi dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari 30 menit. Terminal ini dapat ditempatkan di permukaan datar, seperti tanah atau atap rumah.
4. Cocok untuk Daerah Terpencil
Salah satu keunggulan utama Starlink adalah kemampuannya untuk menyediakan internet di daerah terpencil tanpa bergantung pada infrastruktur kabel. Layanan ini tetap dapat berfungsi meskipun terjadi gangguan pada infrastruktur telekomunikasi fisik atau pemadaman listrik, menjadikannya solusi ideal untuk wilayah yang sulit dijangkau.
Kekurangan Starlink
1. Letak Terminal Internet Wajib Minim Halangan
Untuk berfungsi optimal, terminal Starlink harus dipasang di area terbuka tanpa halangan, seperti pohon atau bangunan tinggi. Hal ini disebabkan oleh sifat jaringan yang frekuensinya mudah terganggu oleh penghalang fisik atau cuaca buruk.
2. Harga Berlangganan Lebih Mahal
Biaya langganan Starlink relatif tinggi dibandingkan dengan penyedia layanan internet lokal di Indonesia. Dengan harga normal sekitar Rp750.000 per bulan, Starlink lebih mahal daripada layanan lokal yang menawarkan kecepatan hingga 250 Mbps dengan harga Rp400.000 – Rp500.000 per bulan.
3. Kurang Cocok untuk Daerah Perkotaan Padat
Hal ini dikarenakan interferensi sinyal di wilayah dengan banyak bangunan tinggi dapat mengurangi efektivitas layanan ini.
4. Performa Bisa Menurun
Penggunaan frekuensi tinggi oleh Starlink dapat menyebabkan penurunan performa jika semakin banyak layanan lain yang menggunakan frekuensi yang sama. Ini bisa menjadi masalah seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi serupa di masa depan.
5. Potensi Ancaman Siber
Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya kontrol terhadap pertukaran data yang terjadi pada layanan internet Starlink. Kecemasan ini disampaikan oleh pakar keamanan siber sekaligus Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber (CISSReC), Pratama Persadha dalam wawancaranya bersama Kompas.com.
Penulis : Auriel Cahya Salsa Sabila
Sumber berita : Kompas, CNBC Indonesia
Sumber foto : CNBC Indonesia