TANGERANG – Seorang influencer Deris Nagara mengklaim dirinya sebagai orang pertama Indonesia yang memberi pidato kelulusan di Columbia University. Berita ini langsung ramai diperbincangkan di media sosial.
Namun, mulai muncul sejumlah fakta bahwa Deris ternyata bukan orang pertama yang pidato di wisuda Columbia University. Alhasil, Deris dicap sebagai orang narsistik yang kini ramai dibahas di media sosial.
Apa Sih Narisistik Itu?
Melansir Kementerian Kesehatan, narsistik adalah gangguan kepribadian yang membuat seseorang merasa dirinya paling penting, membutuhkan perhatian, dan kekaguman berlebihan.
Umumnya, orang dengan gangguan narsistik akan merasa tidak bahagia atau kecewa ketika tidak mendapat pujian.
Maka dari itu, gangguan ini menyebabkan seseorang menjadi kurang berempati pada orang lain dan tidak menerima kritik sekecil apapun.
Penyebab Narsistik
Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari gangguan ini, tapi ada sejumlah faktor yang bsia mempengaruhi, yaitu:
- Faktor genetik, adanya riwayat narsistik dalam keluarga
- Faktor lingkungan, terkait dengan pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan, menuntut, tidak memedulikan anak
- Faktor neurobiologi, yaitu hubungan antara otak dengan pola pikir dan perilaku
Trauma dimasa kanak-kanak bisa saja memiliki korelasi dengan gangguan kepribadian narsistik. Faktor tersebut bisa saja karena orang tua yang memanjakan anaknya terlalu berlebihan, memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak, perlakuan kejam terhadap anak, ataupun anak sering diabaikan oleh orangtua.
Gejala Kepribadian Narsistik
Berikut adalah sejumlah ciri gangguan kepribadian narsistik berdasarkan jurnal yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association:
– Memiliki rasa kepentingan diri sendiri yang berlebihan.
– Mengharapkan untuk diakui sebagai seseorang yang superior, bahkan tanpa adanya prestasi yang menjamin.
– Melebih-lebihkan bakat dan prestasi.
– Disibukkan oleh fantasi mengenai kesuksesan, kekuatan, kecerdasan, kesempurnaan fisik, atau sebagai pasangan hidup yang sempurna.
– Memercayai bahwa dirinya adalah pihak superior dan hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang berkedudukan sama tinggi atau sama spesialnya.
– Membutuhkan puja-puji yang konstan setiap saat.
– Merasa berhak terhadap segala sesuatu.
– Mengharapkan perlakuan khusus dari semua orang.
– Mengambil keuntungan dari orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
– Memiliki ketidakmampuan atau ketidak inginan untuk mengakui kebutuhan dan perasaan orang lain.
– Cemburu dan iri terhadap orang lain, sekaligus mempercayai bahwa orang lain cemburu terhadap dirinya.
– Berperilaku arogan dan sombong.
Jika kalian mengalami hal serupa langsung konsultasikan kepada profesional agar mendapatkan penanganan yang baik.
Penulis : Auriel Cahya Salsa Sabila
Sumber Berita : Kementerian Kesehatan, Liputan 6
Sumber Foto : rawpixel.com on Freepik