TANGERANG – Sungai Amazon pada Senin (16 Oktober 2023) turun ke titik terendah dalam lebih dari satu abad, tepat di jantung hutan hujan Brasil. Hal ini mengakibatkan rekor kekeringan yang berdampak pada kehidupan ratusan ribu orang dan menyebabkan hutan runtuh dan merusak ekosistem.
Melansir dari tempo.co beberapa perahu terdampar di David’s Marina ketika permukaan air di pelabuhan sungai utama hutan hujan Amazon turun ke titik terendah dalam 121 tahun di Sungai Rio Negro di Manaus, Brasil. Pelabuhan Manaus, kota yang terletak di pertemuan sungai Negro dan Amazon, mencatat ketinggian air mencapai 13,59 meter.
“Sudah tiga bulan tanpa hujan di komunitas kami. Ini jauh lebih panas daripada kekeringan sebelumnya,” kata Mendonca, yang tinggal di Santa Helena do Ingles, sebelah barat Manaus, ibu kota negara bagian Amazonas.
Kementerian Sains Brasil menyalahkan kekeringan tahun ini sebagai akibat dari fenomena iklim El Nino, yang mendorong pola cuaca ekstrem secara global.
Berdasarkan pusat peringatan bencana pemerintah Brasil, Cemaden, sebagian wilayah Amazon memiliki curah hujan paling sedikit antara bulan Juli dan September sejak tahun 1980.
Upaya pelestarian dan pengelolaan yang berkelanjutan sangat penting untuk mengatasi krisis kekeringan dan melindungi ekosistem sungai Amazon dan lahan pertanian. Ini mencakup pengurangan deforestasi, pemantauan cuaca yang lebih baik, dan upaya kolaboratif antar-negara untuk menjaga keberlanjutan daerah ini.
Kekeringan dapat mengancam ekosistem sungai, hutan hujan dan lahan pertanian. Seperti di Kabupaten Tangerang ada 590 hektar lahan pertanian mengalami kekeringan karena kemarau yang berkepanjangan. Sampai Pemerintah Kabupaten Tangerang mengajukan bantuan pompa air dan sumur pantek untuk pengairan serta benih padi bagi lahan terdampak kekeringan.
Penulis: Isna Salsabila
Sumber: Tempo.co