TANGERANG – Di tengah kekhawatiran masyarakat dan otoritas kesehatan, Provinsi DKI Jakarta menghadapi lonjakan kasus positif infeksi cacar monyet ‘Mpox’. Dalam beberapa pekan terakhir, kasus-kasus tersebut terus bertambah dan menarik perhatian masyarakat, tenaga kesehatan, serta pihak berwenang.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI kasus baru cacar monyet bertambah menjadi 9 kasus sejak pertama kali dilaporkan pada 13 Oktober 2023. Kini total ada 10 kasus Mpox sejak pertama kali terkonfirmasi pada pertengahan 2022.
Adanya penambahan kasus Mpox, masyarakat harus bisa waspada dan mengenali penularan serta gejala-gejala jika terjadi cacar monyet. Melansir dari detikhealth, gejala-gejala yang muncul biasanya berupa lesi dan ruam kemerahan, diikuti dengan demam, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri tenggorokan, nyeri otot, dan sulit menelan.
Penularan cacar monyet ini biasa terjadi dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi. Hingga saat ini, belum ada pengobatan untuk cacar monyet. Penyakit ini umumnya hanya menimbulkan gejala ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam 2–4 minggu. Sementara itu, penyebaran cacar monyet dapat dicegah dengan vaksin cacar (smallpox).
Beberapa negara menggunakan tecovirimat untuk mengatasi cacar monyet. Tecovirimat bekerja dengan menghambat virus cacar monyet berkembang biak dan menyebar ke orang lain. Namun, penggunaan obat ini masih terbatas pada pasien dewasa dengan berat badan ≥40 kg dan anak dengan berat badan ≥13 kg.
Situasi ‘Mpox’ di DKI menunjukkan betapa pentingnya kewaspadaan dan kerjasama dalam menghadapi pandemi. Keputusan bijak dan tindakan pencegahan pribadi dapat membantu memitigasi risiko penyebaran lebih lanjut. Otoritas kesehatan dan pemerintah setempat terus berupaya untuk mengatasi situasi ini dan menjaga kesehatan masyarakat.
Penulis: Isna Salsabila
Sumber: detikhealth
Sumber Foto: koran-jakarta.com