Momen Toleransi: Tarawih Terakhir Ramadan Tetap Digelar Saat Nyepi di Bali

Star

Di tengah kekhidmatan Hari Suci Nyepi, umat Muslim di Desa Adat Tuban, Kabupaten Badung, Bali, tetap melaksanakan salat tarawih terakhir menjelang Idulfitri 1446 H di Masjid Agung Asasuttaqwa, Sabtu malam (29/3/2025). Ibadah dilakukan dengan khusyuk dalam suasana hening, penerangan terbatas, dan tanpa menggunakan pengeras suara sebagai bentuk penghormatan terhadap perayaan Nyepi.

Ketua Takmir Masjid Agung Asasuttaqwa, H Shidiq, menjelaskan bahwa pelaksanaan tarawih bertepatan dengan Nyepi bukanlah hal baru bagi jamaah setempat. Tahun sebelumnya, kondisi serupa terjadi saat awal Ramadan juga berbarengan dengan Hari Raya Nyepi.

“Tahun lalu juga seperti ini, waktu itu Nyepi bertepatan dengan awal puasa. Kami membatasi jumlah jamaah hanya dari kalangan pengurus dan warga yang rumahnya dekat masjid,” ujar H Shidiq.

Pada tarawih terakhir ini, hanya sekitar 10 orang jamaah yang hadir, jauh berkurang dari kapasitas normal masjid yang bisa menampung hingga 1.000 jamaah. Penurunan ini disebabkan oleh pembatasan pergerakan saat Nyepi serta banyaknya warga yang sudah mudik lebih dulu.

Koordinasi Harmonis dengan Desa Adat

Untuk menjaga kelancaran dan ketertiban, sebanyak enam pecalang dari Desa Adat Tuban dikerahkan di sekitar area masjid. Sekretaris Desa Adat Tuban, I Gede Agus Suyasa, menegaskan bahwa pelaksanaan tarawih tidak dilarang, namun harus mematuhi aturan adat, termasuk larangan bepergian lebih dari 300 meter dari rumah.

“Kami tidak melarang masyarakat Muslim untuk beribadah. Tapi harus sesuai dengan kesepakatan, seperti tidak menyalakan lampu terang ke luar, tidak menggunakan pengeras suara, dan jamaah hanya dari lingkungan terdekat,” ujar Gede Agus.

Menariknya, H Shidiq yang juga merupakan seorang pecalang Muslim, mengatakan bahwa koordinasi antara pengurus masjid dan desa adat selalu berjalan baik. “Kami sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini. Yang penting saling menghormati dan menjaga kondusivitas,” tuturnya.

Dalam pelaksanaan tarawih kali ini, masjid juga meniadakan kuliah tujuh menit (kultum) yang biasa diadakan setelah salat. Rangkaian ibadah pun berlangsung singkat, kurang dari satu jam, agar tetap selaras dengan suasana Nyepi.

Toleransi yang Menjadi Teladan

Keharmonisan antara umat beragama di Bali kembali terlihat dalam momen ini. Dengan saling menghormati dan berkoordinasi, ibadah tarawih tetap dapat berlangsung tanpa mengganggu pelaksanaan Hari Raya Nyepi. Momen ini menjadi cerminan nyata toleransi dan semangat kebersamaan di tengah keberagaman masyarakat Bali.

Share this post :

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Create a new perspective on life

Your Ads Here (365 x 270 area)
Latest News
Categories

Subscribe our newsletter

Purus ut praesent facilisi dictumst sollicitudin cubilia ridiculus.